- Disrupsi yang terjadi pada semua aspek bisnis baik pada tingkat global,
regional maupun nasional memaksa perusahaan terus beradaptasi untuk
mempertahankan market share-nya. - Tantangan ini memerlukan penerapan manajemen risiko agar perusahaan bisa
mengambil kebijakan yang tepat dan dengan pertimbangan yang matang atas
potensi risiko yang terjadi baik dari sisi internal maupun eksternal. - Untuk memahami hal-hal di atas, Indonesia Risk Management Professional
Association (IRMAPA) dan IFG Progress menyelenggarakan Survei
Manajemen Risiko Nasional untuk melihat kesiapan menghadapi risiko untuk
perusahaan-perusahaan di sektor jasa keuangan dan sektor riil. - Survei ini diselenggarakan secara daring pada periode 4 Februari 2023 sampai
dengan 12 Maret 2023 dengan metode sampling snowball mengumpulkan 590
responden yang terdiri dari 368 responden bekerja di sektor jasa keuangan dan
222 responden bekerja di sektor riil. - Secara spesifik, di sektor jasa keuangan, responden cenderung menempatkan
risiko keamanan data dan informasi/kejahatan siber sebagai top risk baik dari
sisi kemungkinan terjadinya maupun dampaknya terhadap bisnis. Sebaliknya
sektor riil memiliki top risk yang beragam tergantung jenis industrinya. Selain
isu kemanan siber di atas, risiko kenaikan ongkos produksi dan pelemahan
mata uang termasuk top risk untuk beberapa industri manufaktur. - Survey ini juga menunjukkan bahwa kesiapan menghadapi top risk pada sektor
jasa keuangan cenderung lebih baik dibandingkan kesiapan sektor riil. - Keterbatasan jumlah praktisi manajemen risiko yang kompeten di internal dan
permasalahan lainnya yang lebih mendesak menjadi tantangan terbesar dalam
peningkatan kapasitas pengelolaan risiko.

Toward Stronger Financial Industry in Indonesia