Masa kepemimpinan kedua Trump di Amerika Serikat berpotensi memicu disrupsi besar dalam perdagangan global, dengan kebijakan proteksionis seperti perang tarif yang bisa memperburuk ketegangan dagang. Tekanan pada sistem keuangan global juga mungkin meningkat, terutama jika kebijakan fiskal AS mendorong inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi. Ketidakpastian makroekonomi yang ditimbulkan dapat berdampak langsung pada Indonesia, memperburuk volatilitas pasar dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Analisis data historis dari administrasi Trump pertama menunjukkan bahwa kebijakan perdagangan yang agresif dan pemotongan pajak dapat menciptakan ketidakstabilan bagi ekonomi Indonesia, khususnya dalam sektor ekspor. Penurunan ekspor Indonesia yang tercatat pada tahun 2018 adalah salah satu contoh langsung dari dampak perang dagang dan pembatasan impor yang diterapkan oleh AS. Selain itu, fluktuasi arus modal dan pengaruh perubahan suku bunga AS terhadap nilai tukar Rupiah semakin menunjukkan kerentanannya terhadap kebijakan ekonomi Trump. Langkah-langkah proaktif sangat diperlukan agar Indonesia dapat menghadapi potensi dampak negatif dari kebijakan ekonomi AS di masa mendatang. Diversifikasi pasar ekspor menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS yang rentan terhadap kebijakan proteksionis. Penguatan ketahanan finansial domestik melalui pengelolaan cadangan devisa yang baik dan kebijakan moneter yang hati-hati akan membantu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global.
Toward Stronger Financial Industry in Indonesia